Guru, Antara Hambatan dan Tantangan Menulis
? Ya kata ini mungkin sering menjadi pertanyaan balik ketika kita harus menulis atau ketika ada himbauan kepada kita agar menulis. Tidak sedikit dari kita bahkan belum memulai sudah membayangkan susahnya menulis. Menulis memang lebih susah dari berbicara,namun tidak sedikit orang yang mudah mengungkapkan isi hati dan fikirannya dengan menulis namun susah mengungkapkan dengan lisannya. Namun secara umum keluhan bahwa menulis susah nampaknya sudah menjadi pengakuan umum.
Hambatan susahnya menulis banyak hinggap dalam diri kita, bahkan bagi yang berprofesi sebagai pendidik atau guru, bahkan guru yang telah dinyatakan sebagai guru profesional yang telah dinyatakan ke-profesionalitasan-nya dengan sertifikat pendidik yang dimiliki, di mana menulis terutama dalam menyusun karya tulis utama sebagai salah satu indikator profesionalisme seorang guru.
Peluang dan Tantangan
Diakui memang kemampuan menulis dimiliki karena ada bakat mengalir di dalam diri seseorang, namun tidak sedikit yang membantah bukan semata-mata karena adanya bakat seseorang mampu menyusun sebuah karya tulis. Namun ada faktor lain yang lebih kuat dari sekedar bakat untuk dapat menjadi seseorang yang dapat menulis.
Padahal menjadi seorang penulis memiliki peluang besar untuk menjadi sebuah profesi maupun sebagai sarana meningkatkan income. Bahkan menjadi penulis adalah profesi yang tiada pernah kering, peluang untuk berkarya dengan menjadi penulis selalu terbuka lebar sepanjang masa. Terlebih di era keterbukaan masa kini, hampir setiap waktu hadir penerbitan media masa baru, baik cetak maupun elektronika termasuk dengan teknologi informatika-nya. Penulis-penulis anda ditunggu karyanya dengan imbalan yang tidak kecil.
Menjadi penulis juga sangat cocok dengan pribadi yang mendambakan bekerja lepas dari struktur manajemen yang mungkit terasa mengikat. Duduk di rumah sudah dapat dia bekerja tanpa merasa mendapatkan pengawasan dari sang atasan yang menjadi beban mental dselama bekerja. Namun karya-karya terus dapat ditorehkan sebagai hasil kerja kerasnya. Bahkan ketika karyanya telah diterbitkan baik sebagai buku, artikel dalam sebuah media masa maupun bentuk lainnya, nama besar-nya melambung, tidak jarang jadilah dia seorang yang tersohor bak selebritis.
Guru dan Menulis
? Nah ini pertanyaan besar kita, menulis bagi guru memang saat ini masih menjadi barang yang sulit diperoleh, tidak sedikit guru yang mengeluhkan susahnya untuk menulis. Meskipun berbagai pihak terutama pemerintah telah menggelontorkan peraturan dan perundangan untuk membangkitkan gairah menulis pada guru, bahkan tidak sedikit ajang kompetisi dengan reward hadiah yang cukup besar secara rutin terjadwal. Namun animo untuk ke arah itu belum meningkat seperti yang diharapkan.
Bahkan ketika kemampuan menyusun karya tulis merupakan keharusan untuk mendapatkan status guru yang profesional, namun hal ini belum sepenuhnya mendapat gayung bersambut. Tidak sedikit pelatihan, workshop maupun seminar peningkatan mutu pendidikan dengan agenda utama penulisan karya tulis ilmiah diadakan dan diikuti para guru, namun semangat menulis tergugah hanya pada saat itu saja. Selebihnya ketika berhadapan dengan realita aksi menulis sangat sedikit yang eksis dan sisanya sebagian besar terjungkal.
Di sini pun penulis memang bukanlah orang telah dapat memenuhi harapan sebagaimana di atas, namun dari pengalaman menulis dan menulis baik yang terpublikasi maupun hanya jadi arsip pribadi. Penulis masih memiliki tekad kuat dan berkeinginan kuat menulis dengan anda para pengunjung blog, para pembaca untuk bangkit menjadi guru profesional sejati dengan indikator terbitnya karya tulis kita. Mari kita ber-refleksi.
Atasi Hambatan dan Mulailah Menulis
Menurut para ahli, setidaknya ada 3 hambatan utama dalam memulai berkarya dengan menulis, yaitu hambatan intern, hambatan teknis, dan hambatan ekstern. Namun pada kesempatan ini penulis hanya mengungkap hambatan intern dahulu, karena ini kunci utama kita. Adapun hambatan intern ini meliputi :
*Tekad yang lemah, atasi dengan tetapkan niat yang kuat untuk apa kita menulis, motivasikan bahwa kita pun bisa
*Takut, terutama takut membuat kesalahan dalam menulis, ketakutan ini akan melemahkan upaya kita untuk memulai. Jangan takut memulai, jangan takut salah dan jangan takut dicela hasil karya kita.
*Kurang percaya diri, disini bisa disebabkan kita membandingkan karya kita dengan orang lain, terlebih yang sudah mapan. Yakin kan kita punya kekhasan tersendiri dan itu keunikan yang disukai orang juga.
*Malas, jauhkan ini karena menulis butuh data, butuh ide dan butuh pendukung lainnya, yang itu semua butuh kerja keras.
*Tidak mau belajar, ini akan jadi hambatan saat kita rajin menulis tetapi kita lemah dan sempit wawasan hal ini akan menyebabkan kesulitan mengembangkan gagasan dan tulisan kita mentok.
*Suka Menunda, kalau sudah ada tekad segera lah mulai sebelum semangat itu luntur dan pekerjaan lain menjadi penghambat.
*Menggantungkan diri pada mood, mood memang penting untuk mendukung semangat dan kinerja kita, tetapi membangkitkan mood untuk terus berkeinginan menulis adalah sesuatu yang harus kita bangun agar karya kita segera dan terus dapat tercipta.