CPNS 2009, Siapkan Diri Hadapi Seleksi


Pemerintah setiap tahun membuka kesempatan kepada warga untuk menjadi CPNS guna memenuhi formasi yang lowong. Kesempatan ini dibuka baik pada lembaga dan departemen yang berada pada tingkatpusat hingga yang ada di daerah.
Pada tahun ini sebagaimana tahun-tahun sebelumnya padaformasiyan palig banyak tersediadi daerah adalah tenaga pendidik ataua guru. Menyusul kebutuhan yang kedua adalah tenaga medis atau kesehatan, mulai dari perawat,bidan hingga dokter spesialis. Mengingat ketatnya persaingan untuk mendapatkan formasi yang ada, bagi para pelamar hendaknya memperhatikan beberapa hal penting berikut.

Pantau Persaingan Secara Online


Saat ini pemerintah telah banyak memberikan kemudahan dan transparansi dalam rekrutmen CPNS. Mulai dari pengumuman lowongan hingga prosedur secara online, sehingga dengan segera dapat diketahui oleh khalayak ramai. Juga prosedur pendaftaran kini dapat dilakukan pula secara online. Bahkan tidak hanya sampai di situ pelamar dapat memantau sejauh mana peta persaingan antar pelamar pada suatu daerah. Hal ini sebagaimana pada pemerintah provinsi Jawa Tengah dengan halaman situs khusus tentang CPNS 2009.
Jika anda peminat CPNS, sebelum anda layangkan berkas lamaran anda, maka memantau peluang secara online sangat membantu anda. Lihat dulu daerah mana yang mungkin memiliki peluang dan persaingan yang mudah anda menangkan dengan memantau secara on line.

Persiapkan dengan Matang

Sebelum anda berjuang pada pertarungan sesungguhnya perssiapkan diri anda sematang mungkin. Ingat, pada kasus tertentu berkas lamaran menjadi bagian penting. Contoh kasus pada pelamar yang telah berusia di atas 35 hingga 40 tahun, harus melampirkan dokumen bukti pengabdian pada pada lembaga yang berbadan hukum minimal selama 11 tahun 9 bulan, pastikan dokumen anda legal dan formal sehingga memenuhi ketentuan seleksi administrasi.
Kemudian persiapkan diri anda dengan pengetahuan dan wawasan guna menghadapi ujian tulis yang akan diselenggarakan jika anda telah lolos pada seleksi administrasi. Memiliki koleksi soal barangkali akan membantu anda,paling tidak anda mempunyai bayangan model dan materi yang diujikan.
Beberapa tips dan trik berikut patut anda simak:
Pastikan Anda mengetahui materi yang akan diujikan, yang biasanya berupa:
1. Tes Kompetensi Dasar
2. Tes Kompetensi Bidang

Tes Kompetensi Dasar terdiri atas:

1. Tes Pengetahuan Umum (TPU)
2. Tes Bakat Skolastik (TBS)
3. Tes Skala Kematangan (TSK)

Materi Tes Pengetahuan Umum

Soal Tes Pengetahuan Umum berisikan materi-materi umum seperti ini:

* Perkembangan terbaru dunia, misalnya krisis ekonomi saat ini, pemilihan presiden AS, dsb.
* Tata negara, misalnya tentang makna Pancasila, perumusan Pancasila, pokok pikiran UUD 1945, dsb.
* Kebijakan Pemerintah, misalnya tentang penurunan harga BBM, kenaikan tunjangan guru, dsb.

Yang membuat sulitnya dalam Tes Pengetahuan Umum adalah kita tidak mungkin tahu segalanya, terutama tentang info-info terkini, bahkan nomor Undang-undang pun kadang ditanyakan! Biasanya kita tidak mampu menghafal nomor undang-undang sedemikian banyak, atau menghafal seluruh pasal dalam UUD 1945 (kecuali sebagian kecil orang bisa)

Strateginya:

Jika Anda merasa pengetahuan umum Anda sedikit, maka kuatkan di bagian tata negara. Karena soal-soal Tata Negara tidak berubah-ubah dan banyak referensinya. Misalnya dimanakah “pernyatan resmi kemerdekaan Indonesia di dalam UUD 1945?” Dari dulu jawabannya sama: pembukaan alenea ketiga. Di mana mendapatkan pengetahuan Tata Negara? Dari buku tes CPNS di Gramedia, lihat covernya, pilih yang di dalamnya terdapat materi Pancasila, UUD, & Tata Negara. Sulit? tidak juga, & tenang saja, semua pesaing Anda merasakan kesulitan yang sama. Hasilnya, nilainya tes pengetahuan umum tidak berbeda jauh antara satu orang dengan yang lainnya.
Materi Tes Bakat Skolastik

Soal Tes Bakat Skolastik, berisi kemampuan dasar yang diperoleh dari sekolah.

* Sinonim, misalnya apriori = berdasar teori
* Antonim, misalnya apriori >< aposteori
* Analogi, misalnya:
o rambut -> hitam, maka langit -> biru (hubungan warna),
o cewek -> cantik, maka cowok -> ganteng,
o kepala -> botak, maka cewek -> apa hayo?
* Deret, misalnya: 1,3,5,7, terus berapa lagi? 1, 3, 7, 15, terus berapa lagi (kali 2 tambah 1)
* Logika dan Penalaran, misalnya
o jika A > B , B=C, CD, A o jika kambing berkaki lima dan kucing termasuk jenis kambing, maka? kucing berkaki lima.
* Matematika dasar, seperti pelajaran matematika kelas 3 SMA, tetapi lebih mudah

Strateginya:

Latihan soal sebanyak mungkin. Dengan pengalaman mengerjakan soal CPNS, maka kemampuan Anda akan meningkat. Ini adalah bagian soal yang menentukan Anda lulus atau tidak. Seriuslah belajar pada bagian ini.
Materi Tes Skala Kematangan

Tes yang cukup mudah & tidak perlu berpikir, karena pertanyaannya menyangkut sikap dan perilaku Anda sehari-hari. Tetapi masalahnya, semua orang termasuk pesaing Anda juga tidak merasakan kesulitan mengerjakan soal ini. Contoh soalnya adalah seperti ini:

* Jika Anda mengetahui atasan Anda di kantor membuka situs porno, Apa yang Anda lakukan: (a) menegur atasan, (b) melapor ke atasan yang lebih tinggi kedudukannya, (c) membiarkan karena resiko jabatan kita, (d) ikut-ikutan mbuka situs porno
* Ada dua pilihan yang harus Anda pilih salah satu. Misalnya Anda lebih suka membuat program atau rapat? Anda lebih suka rapat atau menulis buku? Anda lebih suka menulis buku atau membuat program.

Strateginya:

Sebisa mungkin pilih jawaban yang terbaik. Misalnya: lebih baik memberi daripada menerima, lebih baik team work daripada individualis, lebih baik tenang daripada terburu-buru, dan sebagainya. Untuk tipe soal dengan dua pilihan, jujur & konsisten. Konsisten diperlukan karena kadang soal akan diulang. Jika Anda jujur maka cenderung konsisten.
Materi Tes Kompetensi Bidang

Tes ini sangat bervariasi tergantung lowongan jabatan yang mau Anda masuki. Misalnya jika Anda mau masuk sebagai peneliti, maka yang ditanyakan seputar metode penelitian, metode ilmiah, menyusun laporan, dan sebagainya. Jika Anda mau masuk sebagai penguji mutu barang, maka yang ditanyakan adalah seputar kain, benang, ukuran kabel, dan sebagainya (ga nyambung ya? tapi memang demikian).
Strategi pada saat ujian tertulis tes CPNS

Bersikap tenang. Jangan sekali-kali mempersiapkan contekan, hafalkan selama Anda mampu & Anda harus mampu. Karena contekan akan membuat Anda takut & rasa takut akan membuyarkan ingatan dan daya pikir Anda. Jangan bertanya atau melirik jawaban teman Anda. Teman Anda mungkin tidak lebih pandai dari Anda. Jangan menjawab pertanyaan teman Anda. Percaya diri. Apapun hasilnya, itulah yang terbaik yang bisa Anda lakukan dan usahakan.
Setelah lulus tes tertulis terus ngapain?

Sebenarnya simple, jika Anda mempersiapkan tes tertulis dengan baik (latihan soal sebanyak mungkin), maka kemungkinan besar Anda lulus, dan Anda perlu mempersiapkan tahapan tes selanjutnya, yang berupa tes bahasa inggris, wawancara pertama, psikotes, dan wawancara kedua. Urutan dan jenis tes bisa berbeda-beda tergantung dari institusi yang Anda daftar.

Tes Bahasa Inggris, sama persis kayak TOEFL tetapi nggak pake listening. Pelajari buku-buku TOEFL yang banyak tersedia di pasaran. Jika nilai Anda di atas 500 maka Anda sudah berada di atas rata-rata pendaftar CPNS. Jika nilai Anda di atas 550, lebih bagus lagi.

Semoga bermanfaat.

Pemilihan GPAI Berprestasi 2009

Kabar baik bagi teman-teman guru, khususnya para GPAI (Guru Pendidikan Agama Islam)yang ingin mengembangkan profesionalismenya melalui Penelitian Tindakan Kelas. Departememen Agama RI melalui ajang pemilihan GPAI berprestasi membuka ajang lomba Pemilihan Guru Berprestasi Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK)Tahun 2009.
Bagi anda para GPAI yang memiliki karya PTK dalam bidang Pembelajaran PAI silahkan mengikuti ajang yang cukup kompetitif ini. Dengan mengikuti ajang ini kita dapat mengukur kemampuan kita dalam pengembangan profesi melalui penelitian maupun karya tulis ilmiah.
Bagi anda yang memiliki inovasi dalam pembelajaran PAI, mari hasil ini kita kembangkan dalamm format PTK agar dapat juga dimanfaatkan teman-teman GPAI lain, maupun teman-teman guru secara umum.

Ketentuan dan Kriteria Lomba

Ketentuan dan segala sesuatu yang menyangkut lomba diatetapkan panitia sebagai berikut :

A. PESERTA
  • 1. Guru Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar (SD);

  • 2. Guru Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Pertama (SMP);

  • 3. Guru Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Atas (SMA/SMK).

  • B. KRITERIA
  • a. Aspek-aspek yang menjadi obyek kajian PTK PAI dalam lomba ini diberikan
    kebebasan dengan ketentuan harus sesuai dengan Standar Isi (SI) PAI (Lihat
    Permendiknas No. 22, 23 dan 24 tahun 2006) sesuai temuan guru peneliti di dalam
    kelas.

  • b. Mewujudkan laporan hasil penelitian mulai dari kegiatan pembelajaran, pendataan, analisa swot, menarasikan gagasan perbaikan pada pembalajaran berikutnya, dan pelaksanaannya, analisa hasilnya, serta orientasi teoritisnya jika ditemukan hasil yang menggembirakan, kesimpulan dan penutup.

  • c. Mencantumkan daftar bacaan (bibliografi)

  • d. Mencantumkan lampiran-lampiran

  • C. PERSYARATAN PESERTA
  • a. Berstatus sebagai Guru Pendidikan Agama Islam pada sekolah pada SD, SMP,
    SMA, dan SMK.

  • b. Mengirimkan Karya Tulis Ilmiah Hasil Penelitian Tindakan Kelas PAI yang orisinil dilaksanakan sendiri (dapat juga dibantu orang lain ‘kolaborasi’ yang dibutuhkan dengan mencantumkan nama dan peran pembantu tersebut), dan dibuktikan dengan surat pernyataan kepala sekolah.

  • c. Melengkapi dokumen yang dipersyaratkan sebagai berikut:

  • 1) Biodata peserta;

  • 2) Surat Pengantar dari Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota.

  • D. RUANG LINGKUP PEMBAHASAN
  • Bidang pembahasan yang dinilai dalam perlombaan adalah hasil kegiatan GPAI secara
    individual atau perorangan dalam ikhtiar memantapkan materi ajar, penyesuaian proses
    (metode, peraga, teknologi pembelajaran), sarana dan prasarana, kesiapan siswa,
    pensosokan guru sendiri, hasil pencapaian pembelajaran, dan faktor temuan peneliti
    lainnya yang dituangkan dalam karya tulis ilmiah hasil Penelitian Tindakan Kelas
    (PTK) PAI yang mencakup;,

  • a. Kesesuaian dengan tata cara penulisan PTK PAI yang digariskan.

  • b. Orisinalitas ide dan inovasi yang dilaksanakan dalam pembelajaran.

  • c. Potensi pengembangan lebih lanjut.

  • d. Hasil karya tulis PTK PAI 3 (tiga) tahun terakhir dan dapat mengirimkan lebih dari satu hasil karya tulis PTK PAI

  • e. PTK PAI yang dikirimkan belum pernah diikutsertakan dalam lomba sejenis yang
    diselenggarakan oleh lembaga atau institusi yang berbeda.
    E. MEKANISME PEMILIHAN
    Mekanisme pemilihan diatur sebagai berikut:
    1. Usulan calon peserta lomba GPAI Berprestasi dalam Penelitian Tindakan Kelas
    diajukan langsung kepada Panitia pusat dengan mengirimkan karya tulis hasil
    Penelitian Tindakan Kelas (PTK) PAI dengan alamat:
    Panitia Pemilihan GPAI Berprestasi dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK);
    Direktorat Pendidikan Agama Islam pada Sekolah. Ditjen Pendidikan Islam,
    Departemen Agama RI, Jalan Lapangan Banteng Barat Nomor 3-4 Jakarta
    Pusat, Telpon/Fax. 021-3811772
    2. Karya tulis hasil PTK PAI dikirimkan ke Panitia selambat-lambatnya pada pekan
    keempat bulan Oktober 2009 dengan stempel pos.
    3. Karya tulis hasil PTK PAI dibendel dan diberi sampul dengan ketentuan;
    a. warna hijau untuk guru SD
    b. warna biru untuk guru SMP
    c. warna merah untuk guru SMA
    d. warna kuning untuk guru SMK
    4. Karya tulis hasil PTK PAI yang diterima oleh Panitia akan dilakukan seleksi
    administrasi untuk melihat kesesuaian karya tulis dengan persyaratan dan kriteria
    pada pedoman penyelenggaraan lomba pemilihan GPAI Berprestasi dalam
    Penelitian Tindakan Kelas
    5. Karya tulis yang lolos seleksi administrasi akan dinilai oleh suatu Tim Penilai untuk
    memilih dan menentukan sejumlah karya tulis ilmiah hasil penelitian tindakan kelas
    (PTK) terbaik sebagai finalis/nominator selambat-lambatnya pekan kedua bulan
    Nopember 2009.
    6. Peserta yang telah ditetapkan sebagai nominator/finalis, selanjutnya akan diundang
    Panitia untuk mengikuti proses penilaian tahap kedua dengan melalui studi
    dokumen, wawancara, presentasi dan verifikasi untuk ditetapkan sebagai pemenang
    I, II, III dan Harapan pada masing-masing jenjang SD, SMP, SMA, dan SMK pada
    pekan keempat bulan November 2009.
    7. Pemenang I, II, III dan Harapan pada masing-masing jenjang akan ditetapkan
    melalui Surat Keputusan Menteri Agama RI.
    8. Keputusan Panitia tidak dapat diganggu gugat.
    9. Pemenang I, II, III dan Harapan sesuai jenjang masing-masing akan dipanggil oleh
    Panitia untuk menghadiri upacara penyerahan hadiah dan penghargaan pemenang.
    F. PIAGAM PENGHARGAAN DAN UANG PEMBINAAN
    Piagam penghargaan dan hadiah uang pembinaan pada masing-masing jenjang sebagai
    berikut:
    Terpilih Pemenang Jenjang SD, SMP, SMA, dan SMK:
    a. Terpilih Pemenang I : - Tropy
    - Piagam Penghargaan
    - Laptop
    - Uang Tunai Rp. 21.000.000,-
    b. Terpilih Pemenang II : - Tropy
    - Piagam Penghargaan
    - Laptop
    - Uang Tunai Rp. 16.000.000,-
    c. Terpilih Pemenang III : - Tropy
    - Piagam Penghargaan
    - Laptop
    - Uang Tunai Rp. 9.000.000,-
    d. Terpilih Pemenang : - Tropy
    Harapan - Piagam Penghargaan
    - Laptop
    - Uang Tunai Rp. 5.000.000,-
    Bagi pemenang I, II dan III pada masing-masing jenjang dan telah berpengalaman
    mengajar 5 (lima) tahun berhak untuk mengikuti program Sertifikasi tahun 2010.

    CLASSROOM ASSESSMENT TECHNIQUES


    In the 1990's, educational reformers are seeking answers to two fundamental questions: (1) How well are students learning? and (2) How effectively are teachers teaching? Classroom Research and Classroom Assessment respond directly to concerns about better learning and more effective teaching. Classroom Research was developed to encourage college teachers to become more systematic and sensitive observers of learning as it takes place every day in their classrooms. Faculty have an exceptional opportunity to use their classrooms as laboratories for the study of learning and through such study to develop a better understanding of the learning process and the impact of their teaching upon it. Classroom Assessment, a major component of Classroom Research, involves student and teachers in the continuous monitoring of students' learning. It provides faculty with feedback about their effectiveness as teachers, and it gives students a measure of their progress as learners. Most important, because Classroom Assessments are created, administered, and analyzed by teachers themselves on questions of teaching and learning that are important to them, the likelihood that instructors will apply the results of the assessment to their own teaching is greatly enhances.


    Through close observation of students in the process of learning, the collection of frequent feedback on students' learning, and the design of modest classroom experiments, teachers can learn much about how students learn and, more specifically, how students respond to particular teaching approaches. Classroom Assessment helps individual college teachers obtain useful feedback on what, how much, and how well their students are learning. Faculty can then use this information to refocus their teaching to help students make their learning more efficient and more effective.

    College instructors who have assumed that their students were learning what they were trying to teach them are regularly faced with disappointing evidence to the contrary when they grade tests and term papers. Too often, students have not learned as much or as well as was expected. There are gaps, sometimes considerable ones, between what was taught and what has been learned. By the time faculty notice these gaps in knowledge or understanding, it is frequently too late to remedy the problems.

    To avoid such unhappy surprises, faculty and students need better ways to monitor learning throughout the semester. Specifically, teachers need a continuous flow of accurate information on student learning. For example, if a teacher's goal is to help students learn points "A" through "Z" during the course, then that teacher needs first to know whether all students are really starting at point "A" and, as the course proceeds, whether they have reached intermediate points "B," "G," "L," "R," "W," and so on. To ensure high-quality learning, it is not enough to test students when the syllabus has arrived at points "M" and "Z." Classroom Assessment is particularly useful for checking how well students are learning at those initial and intermediate points, and for providing information for improvement when learning is less than satisfactory.

    Through practice in Classroom Assessment, faculty become better able to understand and promote learning, and increase their ability to help the students themselves become more effective, self-assessing, self-directed learners. Simply put, the central purpose of Classroom Assessment is to empower both teachers and their students to improve the quality of learning in the classroom.

    Classroom Assessment is an approach designed to help teachers find out what students are learning in the classroom and how well they are learning it. This approach has the following characteristics:

    * Learner-Centered

    Classroom Assessment focuses the primary attention of teachers and students on observing and improving learning, rather than on observing and improving teaching. Classroom Assessment can provide information to guide teachers and students in making adjustments to improve learning.

    * Teacher-Directed

    Classroom Assessment respects the autonomy, academic freedom, and professional judgement of college faculty. The individual teacher decides what to assess, how to assess, and how to respond to the information gained through the assessment. Also, the teacher is not obliged to share the result of Classroom Assessment with anyone outside the classroom.

    * Mutually Beneficial

    Because it is focused on learning, Classroom Assessment requires the active participation of students. By cooperating in assessment, students reinforce their grasp of the course content and strengthen their own skills at self-assessment. Their motivation is increased when they realize that faculty are interested and invested in their success as learners. Faculty also sharpen their teaching focus by continually asking themselves three questions: "What are the essential skills and knowledge I am trying to Teach?" "How can I find out whether students are learning them?" "How can I help students learn better?" As teachers work closely with students to answer these questions, they improve their teaching skills and gain new insights.

    * Formative

    Classroom Assessment's purpose is to improve the quality of student learning, not to provide evidence for evaluating or grading students. The assessment is almost never graded and are almost always anonymous.

    * Context-Specific

    Classroom Assessments have to respond to the particular needs and characteristics of the teachers, students, and disciplines to which they are applied. What works well in one class will not necessary work in another.

    * Ongoing

    Classroom Assessment is an ongoing process, best thought of as the creating and maintenance of a classroom "feedback loop." By using a number of simple Classroom Assessment Techniques that are quick and easy to use, teachers get feedback from students on their learning. Faculty then complete the loop by providing students with feedback on the results of the assessment and suggestions for improving learning. To check on the usefulness of their suggestions, faculty use Classroom Assessment again, continuing the "feedback loop." As the approach becomes integrated into everyday classroom activities, the communications loop connecting faculty and students -- and teaching and learning -- becomes more efficient and more effective.

    * Rooted in Good Teaching Practice

    Classroom Assessment is an attempt to build on existing good practice by making feedback on students' learning more systematic, more flexible, and more effective. Teachers already ask questions, react to students' questions, monitor body language and facial expressions, read homework and tests, and so on. Classroom Assessment provides a way to integrate assessment systematically and seamlessly into the traditional classroom teaching and learning process

    As they are teaching, faculty monitor and react to student questions, comments, body language, and facial expressions in an almost automatic fashion. This "automatic" information gathering and impression formation is a subconscious and implicit process. Teachers depend heavily on their impressions of student learning and make important judgments based on them, but they rarely make those informal assessments explicit or check them against the students' own impressions or ability to perform. In the course of teaching, college faculty assume a great deal about their students' learning, but most of their assumptions remain untested.

    Even when college teachers routinely gather potentially useful information on student learning through questions, quizzes, homework, and exams, it is often collected too late -- at least from the students' perspective - to affect their learning. In practice, it is very difficult to "de-program" students who are used to thinking of anything they have been tested and graded on as being "over and done with." Consequently, the most effective times to assess and provide feedback are before the chapter tests or the midterm an final examinations. Classroom Assessment aims at providing that early feedback.

    Classroom Assessment is based on seven assumptions:

    1. The quality of student learning is directly, although not exclusively, related to the quality of teaching. Therefore, one of the most promising ways to improve learning is to improve teaching.

    2. To improve their effectiveness, teachers need first to make their goals and objectives explicit and then to get specific, comprehensible feedback on the extent to which they are achieving those goals and objectives.

    3. To improve their learning, students need to receive appropriate and focused feedback early and often; they also need to learn how to assess their own learning.

    4. The type of assessment most likely to improve teaching and learning is that conducted by faculty to answer questions they themselves have formulated in response to issues or problems in their own teaching.

    5. Systematic inquiry and intellectual challenge are powerful sources of motivation, growth, and renewal for college teachers, and Classroom Assessment can provide such challenge.

    6. Classroom Assessment does not require specialized training; it can be carried out by dedicated teachers from all disciplines.

    7. By collaborating with colleagues and actively involving students in Classroom Assessment efforts, faculty (and students) enhance learning and personal satisfaction.

    To begin Classroom Assessment it is recommended that only one or two of the simplest Classroom Assessment Techniques are tried in only one class. In this way very little planning or preparation time and energy of the teacher and students is risked. In most cases, trying out a simple Classroom Assessment Technique will require only five to ten minutes of class time and less than an hour of time out of class. After trying one or two quick assessments, the decision as to whether this approach is worth further investments of time and energy can be made. This process of starting small involves three steps:

    Step 1: Planning

    Select one, and only one, of your classes in which to try out the Classroom Assessment. Decide on the class meeting and select a Classroom Assessment Technique. Choose a simple and quick one.

    Step 2: Implementing

    Make sure the students know what you are doing and that they clearly understand the procedure. Collect the responses and analyze them as soon as possible.

    Step 3: Responding

    To capitalize on time spent assessing, and to motivate students to become actively involved, "close the feedback loop" by letting them know what you learned from the assessments and what difference that information will make.

    Five suggestions for a successful start:

    1. If a Classroom Assessment Techniques does not appeal to your intuition and professional judgement as a teacher, don't use it.

    2. Don't make Classroom Assessment into a self-inflicted chore or burden.

    3. Don't ask your students to use any Classroom Assessment Technique you haven't previously tried on yourself.

    4. Allow for more time than you think you will need to carry out and respond to the assessment.

    5. Make sure to "close the loop." Let students know what you learn from their feedback and how you and they can use that information to improve learning.
    Source : By Thomas A. Angelo and K. Patricia Cross
    From Classroom Assessment Techniques, A Handbook for College Teachers, 2nd Ed.


    Hidupkan Pembelajaran Dengan Menjadi Guru Biofili


    Menjadi guru biofili? Apakah itu? Mungkin pertanyaan ini muncul begitu membaca arikel ini. Menjadi guru biofili, demikian ditulis oleh Amir Tengku Ramli dalam bukunya "Menjadi Guru Idola" adalah menjadi guru yang memiliki konsep pengajaran hadap masalah, dimana guru berfungsi sebagai fasilitator dan mitrabelajara siswa. Dalam pengjaran Erich Fromm, pengajaran biofili dapat diartika sebagai cara pengajaran yang mengedepankan nilai-nilai dan jiwa yang hidup, dengan cinta dan kasih sayang.
    Menghidupkan kelas akan bisa anda wujudkan salah satunya dengan memposisikan diri anda sebagai guru biofili. Dengan paradigma sdebagaiguru biofili kitaubah fondasidarai"mengajar" menjadi "Belajar". Karena dengan konsep ini anda akan mengubah pardigma lama anda dengan mentalias "mengajar". Dimana guru diposisikan sebagai superpower dihadapan murid.Dimana kita menganggapdiriita di ataspara murid.Mungkin kitaberangapan "saya guru anda murid,saya tahu segalanya,anda belum tahu apa-apa, saya penguasa kamu adalah dibawah kekuasaan saya".

    Sedang mentalitas "belajar" mejadikan anda memiliki kesetaraan murid-murid anda. Denga posisi ini menempatkan anda sebagaifaslitator.ehingamainset aka terbentuk " saya mitra anda, mari belajar, mari bekerjasama saling menghormati guna kemajuan kita".
    Arti harfiah biofili adalah dari kata bio artinya hidup dan fili artinya jiwa; jadi "jiwa yang hidup". Dalam pengerian yang dikembangkan dalam masalah ini guru biofili adalah guru yang mampu memberikan pengajaran melalui kedalaman cinta berupa kebahagiaan, kasih sayang, dan pemahaman terhadap siswa/anak didiknya.
    Dengan menjadi guru biofili akan tercipta hubungan kerja yang harmonis antara guru dan murid,tentunya hal ini akan memperkaya khazanah guru menjadikan dirinya sukses dalam menghidupkan pembelajaran di kelas. dengan demikian kompetensi yang telah ditetapkan akan mudah dicapai oleh para murid.

    PRINSIP PEMBELAJARAN CRAFT HiT


    Upaya menghidupkan pembelajaran agar dapat memaksimalkan sisw amencapai kompetensi yang telah ditetapkan, hendaknya menjadi prioritas bagi kita para guru. Terlebih bagi guru yang telah menyandang sertifikat pendidik sebagai salah satu bukti guru profesional. Tentunya sebagai seorang guru profesional memiliki kewajiban unuk terus belajar dan mengkaji berbagai bekal keilmuan guna meningkatkan kemampuannya menjalankan tugas guru sebagai profesi yang telah diakui profesionalisme-nya.
    Selain berbagai inovasi, pengembangan media, pembaruan pendekatan dan metodologi pembelajaran. Tidak kalah pentingnya kita untuk memperhatikan berbagai prinsip-prinsip pembelajaran yang mendukung untuk peningkatan mutu pembelajaran.
    Berikut ini kita coba ungkap prinsip pembelajaran CRAFT HiT. CRAFT HiT, demikian disebut merupakan penamaan tujuh prinsip pembelajaran yang akan kita coba kaji dan terapkan. Penamaan tujuh prinsip dengan sebutan CRAFT HiT sebagaimana dikatakan Ahmad Sudrajat untuk memudahkan kita mengingat ke-tujuh prinsip pembelajaran yang digagas oleh Arthur W. Chickering dan Zelda F. Gamson berikut ini :

    1. Encourages Contact Between Students and Faculty

    Frekuensi kontak antara guru dengan siswa, baik di dalam maupun di luar kelas merupakan faktor yang amat penting untuk meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa dalam belajar. Dengan seringnya kontak antara guru-siswa ini, guru dapat lebih meningkatkan kepedulian terhadap siswanya. Guru dapat membantu siswa ketika melewati masa-masa sulitnya. Begitu juga, guru dapat berusaha memelihara semangat belajar, meningkatkan komitmen intelektual siswa, mendorong mereka untuk berpikir tentang nilai-nilai mereka sendiri serta membantu menyusun rencana masa depannya.

    2. Develops Reciprocity and Cooperation Among Students

    Upaya meningkatkan belajar siswa lebih baik dilakukan secara tim dibandingkan melalui perpacuan individual (solo race). Belajar yang baik tak ubahnya seperti bekerja yang baik, yakni kolaboratif dan sosial, bukan kompetitif dan terisolasi. Melalui bekerja dengan orang lain, siswa dapat meningkatkan keterlibatannya dalam belajar. Saling berbagi ide dan mereaksi atas tanggapan orang lain dapat semakin mempertajam pemikiran dan memperdalam pemahamannya tentang sesuatu.

    3. Encourages Active Learning

    Belajar bukanlah seperti sedang menonton olahraga atau pertunjukkan film. Siswa tidak hanya sekedar duduk di kelas untuk mendengarkan penjelasan guru, menghafal paket materi yang telah dikemas guru, atau menjawab pertanyaan guru. Tetapi mereka harus berbicara tentang apa yang mereka pelajari dan dapat menuliskannya, mengaitkan dengan pengalaman masa lalu, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari mereka. Mereka harus menjadikan apa yang mereka pelajari sebagai bagian dari dirinya sendiri.

    4. Gives Prompt Feedback

    Siswa membutuhkan umpan balik yang tepat dan memadai atas kinerjanya sehingga mereka dapat mengambil manfaat dari apa yang telah dipelajarinya. Ketika hendak memulai belajar, siswa membutuhkan bantuan untuk menilai pengetahuan dan kompetensi yang ada. Di kelas, siswa perlu sering diberi kesempatan tampil dan menerima saran agar terjadi perbaikan. Dan pada bagian akhir, siswa perlu diberikan kesempatan untuk merefleksikan apa yang telah dipelajari, apa yang masih perlu diketahui, dan bagaimana menilai dirinya sendiri.

    5. Emphasizes Time on Task

    Waktu + energi = belajar. Memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya merupakan sesuatu yang sangat penting bagi siswa. Siswa membutuhkan bantuan dalam mengelola waktu efektif belajarnya. Mengalokasikan jumlah waktu yang realistis artinya sama dengan belajar yang efektif bagi siswa dan pengajaran yang efektif bagi guru. Sekolah seyogyanya dapat mendefinisikan ekspektasi waktu bagi para siswa, guru, kepala sekolah, dan staf lainnya untuk membangun kinerja yang tinggi bagi semuanya

    6. Communicates High Expectations

    Berharap lebih dan Anda akan mendapatkan lebih. Harapan yang tinggi merupakan hal penting bagi semua orang. Mengharapkan para siswa berkinerja atau berprestasi baik pada gilirannya akan mendorong guru maupun sekolah bekerja keras dan berusaha ekstra untuk dapat memenuhinya

    7. Respects Diverse Talents and Ways of Learning

    Ada banyak jalan untuk belajar. Para siswa datang dengan membawa bakat dan gaya belajarnya masing-masing Ada yang kuat dalam matematika, tetapi lemah dalam bahasa, ada yang mahir dalam praktik tetapi lemah dalam teori, dan sebagainya. Dalam hal ini, siswa perlu diberi kesempatan untuk menunjukkan bakatnya dan belajar dengan cara kerja mereka masing-masing. Kemudian mereka didorong untuk belajar dengan cara-cara baru, yang mungkin ini bukanlah hal mudah bagi guru untuk melakukannya.

    Pada bagian lain, Arthur W. Chickering dan Zelda F. Gamson mengatakan bahwa guru dan siswa memegang peran dan tanggung jawab penting untuk meningkatkan mutu pembelajaran, tetapi mereka tetap membutuhkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak untuk membentuk sebuah lingkungan belajar yang kondusif bagi praktik pembelajaran yang baik. Adapun yang dimaksud dengan lingkungan tersebut meliputi: (a) adanya rasa tujuan bersama yang kuat; (b) dukungan kongkrit dari kepala sekolah dan para administrator pendidikan untuk mencapai tujuan ; (c) dana yang memadai sesuai dengan tujuan; (d) kebijakan dan prosedur yang konsisten dengan tujuan; dan (e) evaluasi yang berkesinambungan tentang sejauhmana ketercapaian tujuan.

    Adapted from: Arthur W. Chickering dan Zelda F. Gamson. Seven Principles for Good Practice in Undergraduate Education
    ======= Guru adalah Jabatan Profesional, Mengemban dan Melaksanakannya adalah Pengabdian kepada Allah SWT, Bangsa dan Negara, serta Generasi Penerus Bangsa======